Archive for the ‘Uncategorized’ Category

PSIKOANALISIS

Terapi ini dikemukakan oleh freud yang berpendapat bahwa kepribadian terdiri dari id, ego, super ego. Dimana Id merupakan suatu dorongan dari dalam bawah sadar seseorang , Ego merupakan prinsip realitas dan Super ego merupakan prinsip moral sebagai kontrol dari ID dan EGO. Fokus dalam terapi psikoanalisis ini lebih menekankan pada permasalahan yang ditimbulkan dari pengalaman masa lalu

Kelebihan

Terapi psikoanalisis adalah memiliki dasar teori yang kuat, terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien dan bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.

Kekurangan

Terapi psikoanalisis ini dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melaukan terapi sehingga bisa membuat klien jenuh dan memakan biaya yang banyak bagi klien.

CLIENT PERSON TERAPI

Carl Rogers adalah psikolog humanistik kebangsaan Amerika yang berfokus pada hubungan tarapeutik dan mengembangkan metode baru terapi berpusat pada klien. Rogers adalah salah satu individu yang pertama kali menggunakan istilah klien bukan pasien. Terapi berpusat pada klien berfkous pada peran klien, bukan ahli terapi, sebagai proses kunci penyembuhan. Rogers yakin bahwa setiap orang menjalani hidup di dunia secara berbeda dan mengetahui pengalaman terbaiknya. Menurut Rogers, klien benar – benar “berupaya untuk sembuh” dan dalam hubungan ahli terapi – klien yang suportif dan saling menghargai, klien dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Klien berada di posisi terbaik untuk mengetahui pengalamannya sendiri dan memahami pengalamannya tersebut. Untuk memperoleh harga dirinya dan mencapai aktualisasi diri tersebut.

Kelebihan

Pemusatan pada klien dan bukan pada terapis, klien memiliki pengalaman positif dalam terapi ketika mereka fokus dalam menyelesaiakan masalahnya. Klien merasa mereka dapat mengekpresikan dirinya secara penuh ketika mereka mendengarkan dan tidak dijustifikasi, selain itu klien diberikan peluang yang lebih luas untuk mendengar dan didengar

Kekurangan

Tidak cukup sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggungjawabnya, serta minim teknik untuk membantu klien memecahkan masalahnya. Terapi  menjadi tidak efektif ketika konselor terlalu non-direktif dan pasif. Mendengarkan dan bercerita saja tidaklah cukup, orang bisa memiliki kesan bahwa terapi ini tidak lebih daripada teknik mendengar dan merefleksi. Serta tidak bisa digunakan pada penderita psikopatologi yang parah

TERAPI EKSITENSIAL

Terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup. Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekanka pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik –teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien

Kelebihan

Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam perkembangan dan kepercayaan diri. Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri. Memanusiakan manusia Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.

Kekurangan

Memakan waktu lama. Metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal, pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas. Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya (keputusan ditentukan oleh klien sendiri)

LOGOTERAPI

frankl merupakan tokoh yang mengemukakan mengenai logoterapi dimana perinsip utama dari terapi ini adalah menemukan makna dalam kehidupan seseorang. Logoterapi berusaha membuat pasien menyadari tanggung jawab dirinya dan memberinya kesempatan untuk memilih, untuk apa, atau kepada siapa dia merasa bertanggung jawab. Logoterapi berlandaskan pada tiga pilar yaitu (1) kebebasan berkehendak (2) kehendak hidup bermakna, (3) makna hidup.

Kelebihan Logoterapi

Logoterapi mengajarkan bahwa setiap kehidupan individu mempunyai maksud, tujuan, makna yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup kita tidak lagi kosong jika kita menemukan suatu sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi kita

Kekurangan Logoterapi

Ada beberapa klien yang tidak dapat menunjukan makna hidupnya sehingga timbul suatu kebosanan merupakan ketidakmampuan seseorang untuk membangkitkan minat apatis, perasaan tanpa makna, hampa, gersang, merasa kehilangan tujuan hidup, meragukan kehidupan. Sehingga menyulitkan konselor untuk melakukan terapi kepada klien tersebut.

RATIONAL EMOTIVE THERAPY

Tokoh utama Rational Emotive Therapy ini adalah Albert Ellis. RET dibangun berdasar atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebuttujuan utama konseling RET adalah membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional. Teknik yang terdapat dalam terapi ini berupa (1) Teknik Kognitif (2) Teknik Emotif dan (3) Teknik Perilaku.

Kelebihan

membantu klien untuk menghilangkan pikiran irasionalnya terhadap suatu peristiwa atau masalah dan mengubah pikiran klien yang irasional tersebut menjadi rasional

Kekurangan

Rasional emotif tidak menekankan kepada masa lalu sehingga dalam proses terapeutik ada hal-hal yang tidak diperhatikan. Sulitnya meyakinkan klien atau membuka pikiran klien untuk lebih rasional terhadap suatu peristiwa. Rasional emotif kurang melakukan pembangunan hubungan antara klien dan terapis sehingga klien mudah diintimidasi oleh konfrontasi cepat terapis.

TERAPI BEHAVIORAL

Teori behavioral berasal dari konsepsi yang dikembangkan oleh hasil-hasil penelitian psikologi eksperimental. Terutama dari Pavlov dengan classical conditioningnya dan B.F. Skiner dengan operant conditioningnya. Yang menurutnya berguna untuk memecahkan masalah-masalah tingkah laku abnormal dari yang sederhana (hysteria, obsesional neurosis, paranoid) sampai pada yang kompleks (seperti phobia, anxiety, dan psikosa) baik untuk individu atau kelompok. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah dan mengantikannya dengan dengan tingkah laku yang baru yang lebih sesuai.

Kelebihan

menciptakan perilaku yang baru dari proses belajar dan pengkondisian dan diharapkan perubahan perilaku tersebut besifat menetap

kekurangan

Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan, mengobati gejala dan bukan penyebab dan melibatkan control dan manipulasi oleh terapis.

TERAPI KELOMPOK

Terapi kelompok adalah modalitas pengobatan yang melibatkan sekelompok kecil anggota dan satu atau lebih therapistis dengan pelatihan khusus dalam terapi kelompok. Tujuan utama terapi kelompok adalah mengoreksi masalah-masalah atau kekacauan pribadi pada anggota, misalnya keluarga.

Kelebihan

Klien dapat lebih mudah untuk mengobati gangguannya, karena disini klien dapat berpendapat tanpa memiliki perasaan takut diejek atau dicela. Menekannkan untuk saling menghargai satu sama lain, sehingga terciptanya hubungan keselarasan atar klien.

Kekurangan

Terapi ini akan sulit diterapkan jika dalam suatu grup inti dari masalah yang dihadapi berbeda. Tidak semua anggota kelompok dapat menceritakan masalahnya secara lepas pada saat awal terapi

 

Read Full Post »

RATIONAL EMOTIVE THERAPY (RET)

Tokoh utama Rational Emotive Therapy ini adalah Albert Ellis. Terapi ini hakekatnya dibangun berdasar atas ketidakpuasan Albert Ellis terhadap teori psikoanalisa serta berdasar atas pemahamannya tentang teori behavioral.

Konsep Utama

RET dibangun berdasar atas filosofi bahwa “apa yang mengganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap peristiwa-peristiwa tersebut”.

RET tidak memusatkan perhatian kepada peristiwa-peristiwa masa lalu tetapi lebih kepada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagaimana reaksi terhadap peristiwa tersebut. RET juga percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide-idenya, sikap, perasaan, dan tindakan-tindakannya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri

RET didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional. Seseorang berperilaku tertentu karena ia percaya harus bertindak dalam cara itu. Sedangkan gangguan emosional terletak pada keyakinan irasional. Dengan kata lain kejadian irasional lah yang menyebabkan gangguan emosional. Bila seseorang mereaksi sesuatu dengan keyakinan irasional maka ia akan memndang diri sendiri dan orang lain sebagai jahat, kejam, atau mengerikan. Asumsi lainnya, bahwa berpikir dan emosi merupakan dua hal yang saling tumpang tindih dan terkait.

Tujuan Rational Emotive Therapy

Menurut Thomson dan Rudolf (1983), tujuan utama konseling RET adalah membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.

            Sedangkan menurut Burks dan Sterfflre (1983), tujuan utama konseling RET adalah membantu klien agar memiliki ketepatan emosi, mampu mengembangkan self interest, self direction, sikap toleransi, menerima fakta denan ketidaktentuan, mampu berpikir fleksibel dan ilmiah, mampu mengambil resiko dan menerima diri sendiri, serta mampu meminimalisir frekuensi, intensitas, dan durasi munculnya emosi negative

Teknik-Teknik Rational Emotive Therapy

  1. Teknik Koginitif

     Teknik ini digunakan untuk mengubah cara berpikir klien. Teknik-teknik ini meliputi pengajaran, persuasif, konfrontasi dan pemberian tugas.

  1. Teknik Emotif

     Teknik ini digunakan untuk mengubah emosi klien. Teknik-teknok tersebut meliputi sosidrama, role playing, modelling, latihan asertif, humor serta latihan melawan rasa malu.

  1. Teknik Perilaku

     Teknik ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Teknik-teknik tersebut diantaranya adalah penerapan prinsip penguatan (reinforcement), permodelan sosial (social modelling) dan relaksasi.

BEHAVIOR THERAPY

Teori behavioral berasal dari konsepsi yang dikembangkan oleh hasil-hasil penelitian psikologi eksperimental. Terutama dari Pavlov dengan classical conditioningnya dan B.F. Skiner dengan operant conditioningnya. Yang menurutnya berguna untuk memecahkan masalah-masalah tingkah laku abnormal dari yang sederhana (hysteria, obsesional neurosis, paranoid) sampai pada yang kompleks (seperti phobia, anxiety, dan psikosa) baik untuk individu atau kelompok. Tokoh-tokoh lainnya antara lain John D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Wolpe, Albert Bandura dan Ray. E. Hosfort. Teori behavioral lebih menekankan kepada perilaku di sini dan saat ini. Artinya, bahwa perilaku individu yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh suasana lingkungan saat ini.

 

Konsep Utama

Dalam pandangan tentang hakekat manusia, terapi behavior menganggap bahwa pada dasarnya manusia bersifat mekanistik dan hidup dalam alam yang deterministik, dengan sedikit peran aktif untuk memilih martabatnya. Perilaku manusia adalah hasil respon terhadap lingkungan dengan kontrol yang terbatas dan melalui interaksi ini kemudian berkembang pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Dalam konsep behavior, perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi kondisi-kondisi belajar. Dengan demikian, terapi behavior hakekatnya merupakan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik belajar secara sistematis dalam usaha menyembuhkan gangguan tingkah laku. Asumsinya bahwa gangguan tingkah laku itu diperoleh melalui hasil belajar yang keliru dan karenanya harus diubah melalui proses belajar, sehingga dapat lebih sesuai.

Tujuan Behavior Therapy

Tujuan utamanya menghilangkan tingkah laku yang salah dan mengantikannya dengan dengan tingkah laku yang baru yang lebih sesuai. Secara rinci tujuan tersebut adalah untuk:

  1. Menghapus pola-pola perilaku maladaptive anak dan membantu mereka mempelajari pola-pola tingkah laku yang lebih kontruksif
  2. Mengubah tingkah laku maladaptive anak
  3. Menciptakan kondisi-kondisi yang baru yang memungkinkan terjadi proses belajar ulang.

Konseling dan terapi behavior pada dasarnya merupakan proses penghapusan hasil belajar yang salah dengan memberikan pengalaman-pengalaman belajar baru yang didalamnya mengandung respon-respon yang layak yang belum dipelajari. Sedangkan menurut Corey (dalam Koswara,2009) terdapat tiga fungsi tujuan dari konseling dan terapi behavior, yaitu: 1) refleksi masalah klien sekaligus arah konseling, 2) dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan terapi, 3) landasan untuk menilai hasil konseling dan terapi.

Fungsi dan Peranan Konselor atau Terapis Behavior Therapy

Dalam pendekatan behavior telah menempatkan pentingnya fungsi dan peranan konselor atau terapis sebagai pengajar. Secara aktif, direktif dan kreatif konselor atau terapis diharapkan mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya guna mengajarkan keterampilan-keterampilan baru sesuai permasalahan klien dan tujuan yang diinginkan. Fungsi lain yang juga harus ditegakkan oleh konselor atau terapis selama proses konseling atau terapis adalah melaksanakan assesmen dan penilaian secara terus menerus, menetapkan sasaran perubahan perilaku dan bagaimana mengajarkan untuk mencapainya, peka terhadap perubahan-perubahan yang terjad, serta membantu mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan sosialnya.

Penerapan-penerapan dan Sumbangan-sumbangan Behavior Therapy

Pendekatan ini telah bisa diterapkan secara luas pada terapi individual dan kelompok, lembaga-lembaga, sekolah-sekolah dan situasi-situasi belajar lainnya. Terapi tingkah laku adalah pendekatan pragmatis yang berlandaskan kesasihan ekseprimental atas hasil-hasil, kemajuan bisa ditaksir dan teknik-teknik baru bisa dikembangkan.

Metode Behavior Therapy

Menurut Krumboltz (dalam Surya, 2003) mengemukakan bahwa terdapat empat metode dalam terapi behavior, yaitu:

  1. Operant Learning

Dalam metode ini yang penting adalah penguatan yang dapat menghasilkan perilaku yang diharapkan, serta pemanfaatan situasi diluar klien yang dapat memperkuat perilaku klien yang dikehendaki.

  1. Unitative Learning atau Social Modeling

Dalam metode ini yang penting adalah perlunya konselor merancang perilaku adaptif yang dapat dijadikan model bagi klien, baik dalam bentuk rekaman, pengajaran berprogram, video. Film, biografi atau model.

  1. Cognitive Learning

Metode ini lebih banyak menekankan pentingnya aspek perubahan kognitif klien. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dengan klien dan bermain peran

  1. Emotional Learning

Metode ini diterapkan untuk individu yang mengalami kecemasan, melalui penciptaan situasi rileks dengan menghadirkan rangsangan yang menimbulkan kecemasan bersama dengan situasi rangsangan yang menimbulkan kesenangan, sehingga secara berangsur kecemasan tersebut berkurang dan akhirnya dapat dihilangkan.

Sedangkan  teknik yang biasa digunakan dalam keempat pendekatan atau metode di atas antara lain:

  1. Desentisisasi sistematis, yaitu suatu cara yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperbuat secara negatif dengan menyertakan pemunculan tingkah laku yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan. Salah satu caranya adalah dengan melatih anak untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman-pengalaman pembangkit kecemasan.
  2. Latihan asertif, yaitu latihan mempertahankan diri akibat perlakuan orang lain yang menimbulkan kecemasan, dengan cara mempertahankan hak dan harga dirinya. Dalam pelaksanan teknik ini, penting bagi konselor atau terapis untuk melayih keberanian anank untuk berkata atau menyatakan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya secara tegas. Caranya dapat melalui bermain peran. Misalnya anak diminta untuk berperan sebagai orang tua yang galak dan konselor atau terapis sebagai anak yang pendiam. Kemudian peran tersebut dipertukarkan.
  3. Terapi aversi, yaitu digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk atau menghukum perilaku yang negatif dan memperkuat perilaku yang positif, dengan meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut. Misalnya, anak yang suka mabuk, maka minumannya dicampur dengan obat tertentu yang dapat menjadikan pusing atau muntah
  4. Penghentian pikiran, teknik ini efektif digunakan untuk klien yang sangat cemas. Caranya, misalnya klien ditutup matanya sambil membayangkan dan mengatakan sesuatu yang menganggu dirinya.
  5. Kontrol diri, dilakukan untuk meningkatkan perhatian pada anak tugas-tugas tertentu, melalui prosedur self assessment, mencatat diri sendiri, menentukan tindakan diri sendiri dan menyusun dorongan diri sendiri
  6. Pekerjaan rumah, yaitu dengan memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien yang kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi tertentu. Misalnya, kepada klien yang suka melawan ketika dimarahi orang tua, maka diberi tugas selama satu minggu untuk tidak menjawab ketika sedang dimarahi, kemudian hasilnya dievaluasi dan secara berangsur ditingkatkan.

 

 

TERAPI KELOMPOK

(GROUP THERAPY)

Konsep terapi kelompok (Group Psychotheraphy) menurut Shertzer dan stone di definisikan sebagai aplikasi prinsip-prinsip terapeutik ke dalam dua atau lebih individu secara bersamaan untuk mengklarifikasi konflik psikologis individu sehingga individu dapat hidup secara normal.

Terapi kelompok adalah modalitas pengobatan yang melibatkan sekelompok kecil anggota dan satu atau lebih therapistis dengan pelatihan khusus dalam terapi kelompok.

Terapi kelompok telah berkembang sejak 1800-an di Eropa dan mendapat dukungan konseptual dan operasional dari sosiologi, psikologi, filsafat dan pendidikan.

  1. Tujuan Utama

Tujuan utama terapi kelompok adalah mengoreksi masalah-masalah atau kekacauan pribadi pada anggota, misalnya keluarga.

  1. Terapi kelompok digunakan dalam :
    1. pengobatan terhadap gangguan yang gagal ketika terapi individual.
    2. Keterbukaan pada dunia sosial
    3. Penerimaan diri seseorang
    4. dukungan terhadap orang lain.
  1. Peran Terapis
  2. Sebagai fasilitator
  3. Mengaktifkan anggota untuk berinteraksi dan melakukan eksplorasi diri
  4. Membantu anggota untuk memperoleh manfaat yang besar dari terapi kelompok
  1. Teknik-Teknik Terapi Kelompok

Menurut Brammer, Shostrom dan Abrego (1994), teknik-teknik dalam terapi kelompok adalah sebagai berikut:

  1. Psychodrama Techniques

Psikodrama sebagai teknik bermain peran untuk membantu klien dengan menerapkan adegan dari masalah mereka yang akan meningkatkan pemahaman mereka tentang konflik mereka.

Bermain peran akan membantu klien memperoleh perspektif yang lebih baik dari diri mereka sendiri dan orang lain. dapat digunakan, misalnya, untuk berlatih menghadapi situasi sosial yang sulit klien.

Bahkan ketika bisa digunakan dalam situasi kelompok pekerja yang memenuhi syarat, penekanan harus ditempatkan pada kenyataan bahwa banyak komplikasi dapat timbul jika tidak dilakukan dengan benar. Bach (1954) memperingatkan efek traumatis kemungkinan akan tereksternalisasi mengancam melalui bermain peran.

  1. T-Group Techniques

Salah satu kontribusi utama dari Training (T) kelompok untuk para klien memahami proses pengambilan keputusan mereka sendiri. Kelompok diberikan daftar 15 barang dan diminta untuk mengurutkan peringkat barang-barang tersebut dimulai dari hal yang penting bagi mereka untuk bertahan hidup. Kelompok ini kemudian diminta untuk berdiskusi mengenai pengalaman mereka, mengeksplorasi pola kepemimpinan, resolusi konflik, dan proses pengambilan keputusan.

  1. Encounter Techniques

Teknik encounter (pertemuan) dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran diri. Misalnya, digunakan untuk memperluas kesadaran sensorik dan kepercayaan interpersonal. Peserta secara berpasangan diminta untuk memandu pasangan dengan mata tertutup dan menggunakan tangan untuk mengeksplorasi sambil berjalan. Memandu untuk melindungi pengikut/pasangannya dari setiap langkah menuju bahaya, seperti pohon, atau dinding dan membujuk pasangan untuk mengeksplorasi berbagai bau dan tekstur tanpa menggunakan kata-kata. Kedua pasangan juga bertukar peran, kemudian mendiskusikan pengalaman mereka. Contoh lain dari latihan encounter adalah di mana dua mitra duduk kembali ke belakang dan melakukan percakapan. Pasangannya kemudian memproses pengalaman berbicara tanpa isyarat visual.

  1. Behavioral Techniques

Banyak teknik behavior seperti modeling, pelatihan keterampilan, memecahkan masalah dan relaksasi juga digunakan dalam terapi kelompok. Misalnya, dalam kelompok pelatihan asertif, peserta dijelaskan situasi di mana mereka ingin menjadi lebih tegas. Peserta akan mendapatkan ide-ide untuk bagaimana menangani situasi. Situasi dapat dilatih berulang-ulang sampai peserta merasa puas dengan kemampuannya untuk berperilaku asertif.

  1. Dance and Art Therapy

Teknik ini akan mendorong kesadaran tubuh, gerakan kreatif, dan interpersonal empati. Anggota kelompok berpasang-pasangan. Satu orang mengambil peran sebagai pemimpin, dan pengikutnya mencoba untuk menjadi bayangan cermin dari pemimpin, mengikuti gerakan pemimpin semirip mungkin. Mematung adalah teknik terapi seni di mana peserta diminta untuk mematung merupakan representasi dari diri mereka sendiri, keluarga mereka, dunia mereka, masalah mereka, dan kemudian menceritakan hasil dengan anggota kelompok lainnya.

Corey, G. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.    Bandung: PT. Refika Aditama.

Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Kuntjojo, Profesionalisasi Bimbingan dan Konseling Sunardi, Permanarian & M. Assjari. (2008). Teori Konseling. Bandung: PLB FIP UPI.

Surya, M. (2003). Teori-teori Konseling. Bandung: C.V. Pustaka Bani Quraisy.

 

Read Full Post »

Rina mahasiswa semester akhir di sebuah universitas ternama di Jakarta. Saat ini dia merasa tak tenang karena akan dilamar oleh pria yang dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka sudah pernah bertemu pada acara keluarga, menurutnya pemuda itu mempunyai akhlak yang baik dan sudah bekerja sebagai dosen di perguruan tinggi swasta. Siska menjadi ragu untuk menghadapi lamaran itu karena selama ini dia tidak pernah memiliki teman pria yang special atau bisa disebut pacar. Karena teman laki-laki Siska dulu saat masih SMA sudah meninggal karena kecelakaan saat mereka berdua berboncengan motor dari pulang sekolah. Sejak informasi bahwa ada pemuda yang akan melamarnya, perasaannya menjadi asing, dia ingin memberikan kepercayaan namun sangat sulit baginya. Siska selalu terbayang bahwa dia bisa saja kehilangan lagi orang yang dia kasihi, namun disisi lain Siska merasakan kesepian dan membutuhkan seorang teman yang bisa memahaminya. Ketidakkonsistenan dan pertentangan ini membuat siska menjadi bingung. Hingga akhirnya memutuskan untuk menemui konselor.

Proses Konseling :

Konselor memahami klien untuk menyadari keberadaannya dalam dunia. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya secara bebas. maka konselor selanjutnya memberikan reaksi-reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang diungkapkan oleh klien. Konselor terlibat dalam sejumlah pernyataan pribadi relevan dan pantas tentang pengalaman klien, dimana pada klien merasakan kesepian dan kekhawatiran kehilangan kembali orang yang dicintainya.

Konselor meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih dalam dunia yang pasti. Ketakutan klien dalam mengahadapi realitas bahwa ada pemuda yang akan melamarnya dan hubungannya dengan kehilangan orang yang pernah dikasihinya. Konselor menantang klien untuk melihat seluruh cara dia menghindari pembuatan keputusan dengan berasumsi akan kehilangan orang yang dikasihinya lagi jika membuka hati nya untuk pemuda yang akan melamarnya dan konselor memberikan penilaian terhadap penghindaran yang dilakukan klien.

Konselor mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai proses konseling. Selanjutnya konselor memberitahukan kepada klien bahwa ia sedang mempelajari bahwa apa yang dialaminya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia bahwa dia pada akhirnya sendiri, bahwa dia akan mengalami kecemasan atas ketidakpastian keputusan yang dibuatnya, dank lien akan berjuang untuk menetapkan makan kehidupannya di dunia yang sering tampak tak bermakna.

Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Semarang: IKIP Semarang Press

Murad, J. (2006). Dasar – Dasar Konseling. Jakarta: Universitas Indonesia.

Read Full Post »

A. Pengorganisasian Struktur Organisasi

  1. Pengertian Struktur Organisasi

struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.

 

  1. pengorganisasian sebagai fungsi dari menejemen yang meliputi

  • struktur formal

satruktur organisasi formal merupakan system tugas, hubungan wewenang, tanggung jawab, dan pertanggungjawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan. Struktur formal ini dibuat untuk mencakup pekerjaan yang harus dilakukan dan memberikan kerangka bagi perilaku dalam mengerjakaannya.

 

  • struktur informal

struktur organisasi informal adalah jaringan hubungan pribadi dan social yang umumnya tidak dilakukan atas dasar aturan formal. Organisasi informal selalu ada dalam setiap organisasi, keberadaannya tidak direncanakan, terjadi atas dasar keakraban dan hubungan-hubungan baik yang menyangkut pekerjaan ataupun tidak.

 

  1. manfaat dan kerugian struktur fungsional dan struktur divisional

  • Fungsional

organisasi fungsional merupakan bentuk organisasi bisnis yang wewenangnya ditentukan oleh keterkaitan antara fungsi dan aktivitas kelompok. Biasanya digunakan oleh sebagian besar perusahaan yang berukuran kecil atau menengah yang terbentuk di sekitar fungsi bisnis dasar (pemasaran, operasional, keuangan)

 

Keunggulan struktur organisasi fungsional :

> Penggunaan sumber daya yang efisien, skala ekonomis

> Spesialisasi keterampilan yang mendalam dan pengembangan

> Kemajuan karier dalam departemen fungsional

> Panduan dan pengendalian dari manajemen Puncak

> Koordinasi yang luar biasa dalam fungsi-fungsi

> Pemecahan masalah teknikal yang berkualitas

 

Kelemahan struktur organisasi fungsional :

> Pada perusahaan besar, koordinasi antar departemen fungsional jauh lebih rumit

> Akuntabilitas menjadi lebih sulit

> Timbulnya sistem sentralisasi yang di kehendaki maupun tidak di kehendaki

 

  • Divisional

struktur organisasi dengen divisi-divisi korporasi beroperasi sebagai bisnis yang relatif bersifat otonom dibawah naungan korporasi yang lebih besar. Perusahaan menciptakan divisi berdasarkan produk, dimana setiap divisi dapat di kelola sebagai perusahaan baru yang terpisah.

 

Keunggulan struktur organisasi divisional :

> Dapat mengevaluasi kinerja masing-masing divisi secara mandiri.

> Mengambil keputusan lebih cepat, tanpa banyak mengganggu operasi bisnis lainnya.

> Lebih terfokus pada produk, pasar dan tanggapan cepat terhadap perubahan,

> Spesialisasi fungsional masih terpelihara pada masing-masaing divisi.

 

kelemahan struktur organisasi divisional :

  • Menggunakan sumber daya kurang efisien.
  • Supervisi lebih sulit dilakukan
  • Mengutamakan tujuan devisi daripada tujuan keseluruhan.
  • Peningkatan biaya karena duplikasi fungsi.
  • Ada potensi kebijakan yang tidak konsisten antar divisi

 

  1. Refrensi

griffin. R.W. & Ebert, R.J. (2006). Bisnis edisi kedelapan jilid 1. Jakarta: Erlangga

siagian, Y.M. (2000). aplikasi supply chain management dalam dunia bisnis. Grasindo

Fuad. dkk. (2006). pengantar bisnis. jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

 

 

 

 

 

 

B. Actuating dalam menejemen

  1. Pengertian actuating dalam menejemen

George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

actuating adalah Pelaksanaan merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa, hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama Terry (1993:62).

Sedangkan menuru arifin actuating adalah penggerakan pada hakekatnya merupakan suatu usaha menggerakkan orang atau orang-orang untuk suka dan dapat bekerja untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan secara efektif dan efisien

 

  1. pentingnya actuating dalam menejemen

Penggerakan itu sangat penting, disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

  • Penggerakan (actuating) adalah usaha untuk menggerakkan manajemen.
  • Manusia adalah unsur yang pertama dan utama dalam kegiatan manajemen.
  • Perencanaan berhasil karena manusia menyatukan dan menghimpun kegiatan-kegiatan bersama yang tepat.
  • Organisasi menjadi efektif apabila manusia menggunakannya untuk bekerja sama secara baik dan tertib.
  • Pengawasan akan efektif karena digunakan untuk membantu manusia dalam mencapai tujuannya.
  • Manajemen akan berhasil apabila menggerakkan orang-orang atau manusia yang kompeten dengan tepat.

 

  1. prinsip actuating dalam menejemen

Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara etektit serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri.  Manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda. Ada beberapa prinsip yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan dalam melakukan pengarahan yaitu :

  • Prinsip mengarah kepada tujuan
  • Prinsip keharmonisai dengan tujuan
  • Prinsip kesatuan komando

 

  1. Refrensi

Indrawati, R. (2009). Perencanaan dan Aplikasi Program Kerja di Panti Asuhan Khusnul Yaqin desa Wage Kecamatan Taman Sidoarjo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Dakwah, Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel.

Umar, Husein. (2003) Business an introduction. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Read Full Post »

Sejarah Sumpah Pemuda

Read Full Post »

Older Posts »